Apa kau pernah merasakan takut jatuh
cinta?
Katanya cinta membahagiakan, namun
kini kau takut untuk mengenalinya. Kau takut untuk mendekat pada orang baru
yang menyatakan jatuh cinta kepadamu. Bahkan kau memaksa dirimu sendiri–meyakinkan diri berkali-kali, bahwa kau tidak ingin jatuh cinta lagi. Kau
tidak ingin merasakan perasaan yang dulu membuatmu begitu bahagia, sekaligus
sekarat pada akhirnya.
Mungkin aku ada di fase itu saat ini; keadaan di mana aku sama sekali tidak ingin terlalu dekat dengan satu orang pun. Aku bahkan menutup diri dan hatiku serapat mungkin. Bagiku, orang-orang yang menawarkan cinta hanyalah benih-benih racun yang kelak akan menjadi pembunuh tanpa ampun. Ia yang akan merobek-robek harapan yang kutulis dengan penuh perasaan.
Aku pernah berharap terlalu tinggi pada cinta. Pada seseorang. Sebelum akhirnya kenyataan memaksaku untuk menerima. Bahwa terlalu berharap seringkali mendatangkan luka yang tak mudah untuk disembuhkan. Sakit yang tak terlihat, namun menyayat. Tidak bisa pulih begitu saja, bahkan tidak ada dokter yang bisa memberi resep obat. Dan pada akhirnya rasa sakit itu menyisakan ketakutan. Takut yang teramat takut.
Aku takut mengenali perasaan-perasaan baru. Aku mengurung diriku dalam pikiran-pikiran yang semakin hari membunuhku. Aku takut membuang-buang waktu. Setelah sekian lama memperjuangkan orang yang mengaku cinta, namun akhirnya dia hanya penyebab luka. Tidak ada yang kuingini saat ini selain menikmati waktu untuk sendiri. Sampai pada hari ada seseorang yang bisa membuat aku yakin lagi, bahwa cinta tak selalu perihal sesakit ini.
Saat aku menutup diri dan hatiku, ada kau yang tiba tiba hadir tanpa sengaja dengan sebuah cerita dan alur yang berbeda, kau datang mengubah hatiku yang awalnya takut dan trauma dengan harapan harapan yang baru yang tak kufikirkan sebelumnya, ntah perasaan apa ini tapi yang ku tahu seperti "rasa sayang" bukan suka atau cinta, karna aku tak melihatmu yang membuatku suka, karna kita belum lama saling mengenal sampai membuatku mencinta, kau seseorang yang jauh disana, yang bisa membuat ku selalu merasa tenang, aman dan nyaman sampai sampai aku terbiasa denganmu.
DsuperBoy | 26/11/2014
Mungkin aku ada di fase itu saat ini; keadaan di mana aku sama sekali tidak ingin terlalu dekat dengan satu orang pun. Aku bahkan menutup diri dan hatiku serapat mungkin. Bagiku, orang-orang yang menawarkan cinta hanyalah benih-benih racun yang kelak akan menjadi pembunuh tanpa ampun. Ia yang akan merobek-robek harapan yang kutulis dengan penuh perasaan.
Aku pernah berharap terlalu tinggi pada cinta. Pada seseorang. Sebelum akhirnya kenyataan memaksaku untuk menerima. Bahwa terlalu berharap seringkali mendatangkan luka yang tak mudah untuk disembuhkan. Sakit yang tak terlihat, namun menyayat. Tidak bisa pulih begitu saja, bahkan tidak ada dokter yang bisa memberi resep obat. Dan pada akhirnya rasa sakit itu menyisakan ketakutan. Takut yang teramat takut.
Aku takut mengenali perasaan-perasaan baru. Aku mengurung diriku dalam pikiran-pikiran yang semakin hari membunuhku. Aku takut membuang-buang waktu. Setelah sekian lama memperjuangkan orang yang mengaku cinta, namun akhirnya dia hanya penyebab luka. Tidak ada yang kuingini saat ini selain menikmati waktu untuk sendiri. Sampai pada hari ada seseorang yang bisa membuat aku yakin lagi, bahwa cinta tak selalu perihal sesakit ini.
Saat aku menutup diri dan hatiku, ada kau yang tiba tiba hadir tanpa sengaja dengan sebuah cerita dan alur yang berbeda, kau datang mengubah hatiku yang awalnya takut dan trauma dengan harapan harapan yang baru yang tak kufikirkan sebelumnya, ntah perasaan apa ini tapi yang ku tahu seperti "rasa sayang" bukan suka atau cinta, karna aku tak melihatmu yang membuatku suka, karna kita belum lama saling mengenal sampai membuatku mencinta, kau seseorang yang jauh disana, yang bisa membuat ku selalu merasa tenang, aman dan nyaman sampai sampai aku terbiasa denganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar